News, Politik
| Jumat 10 Nov 2017 11:26 WIB | 1330
MATAKEPRI.COM, Paris - Indonesia berhasil terpilih sebagai Anggota Executive Board
atau Dewan Eksekutif UNESCO periode 2017-2021, dalam pemilihan yang
dilaksanakan di sela-sela Sidang Umum ke-39 negara anggota UNESCO di Paris,
Perancis, pada hari Rabu 8 November 2017.
Dalam pemilihan yang berlangsung tertutup tersebut, Indonesia berhasil mengantongi 160 suara dan mendapatkan peringkat 3 pada Grup Asia Pasifik.
Indonesia bersama dengan India, Jepang, China, Filipina, dan
Bangladesh terpilih untuk duduk sebagai Anggota EB UNESCO periode 2017-2021 di
Kelompok Asia Pasifik. Demikian menurut rilis yang diterima Liputan6.com dari
Kementerian Luar Negeri RI, Jumat (10/11/2017).
"Terpilihnya Indonesia sebagai anggota EB UNESCO
periode 2017-2021 akan memberi ruang strategis bagi Indonesia untuk
berkontribusi menentukan standard setting yang dilakukan UNESCO," kata
Duta Besar RI untuk UNESCO Hotmangaradja Pandjaitan.
Selain itu, presensi Indonesia di EB UNESCO juga dapat
memberikan keuntungan strategis bagi kepentingan nasional. Karena, sebagai
anggota EB, Indonesia memiliki kesempatan untuk lebih menyuarakan
kepentingannya dan ikut menentukan putusan-putusan UNESCO.
Hal ini juga sejalan dengan besarnya kepentingan Indonesia
dalam bidang kerja UNESCO, utamanya di isu pendidikan dan kebudayaan.
Kemenangan Indonesia ini tak lepas dari capaian dan
diplomasi Indonesia di UNESCO dan upaya penggalangan dukungan yang intensif
baik oleh seluruh unsur Pemerintah, terutama Perwakilan RI.
Tercatat, Indonesia telah menyumbangkan beberapa Works of
Art untuk UNESCO dan telah duduk sebagai anggota World Heritage Committee (WHC)
periode 2015-2019 yang memiliki mandat untuk pelestarian warisan budaya dunia. Pada
tahun 2017, Indonesia juga dipercaya menjadi tuan rumah World Press Freedom
Day.
Indonesia juga merupakan negara yang telah diakui UNESCO
sebagai negara besar dalam promosi dan pelestarian budaya. Banyak warisan
budaya Indonesia yang diakui oleh UNESCO, mulai dari wayang, keris, batik,
angklung, noken, kawasan Candi Borobudur dan Prambanan; juga Tari Saman dan
Tari Bali sebagai warisan budaya tak benda.
EB UNESCO, bersama dengan General Conference UNESCO, merupakan badan pembuat keputusan-keputusan penting UNESCO dalam standard setting bidang pendidikan, kebudayaan, sains, dan informasi komunikasi. EB juga mengatur hal-hal terkait manajemen UNESCO, utamanya dalam bidang anggaran dan administrasi.
AS Mundur dari UNESCO?
Amerika Serikat akan menarik diri dari keanggotaannya di
Badan Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada akhir tahun depan.
Demikian pengumuman Kementerian Luar Negeri AS pada hari Kamis 12 Oktober 2017
waktu setempat.
Dalam pernyataannya, pihak Kemlu AS mengatakan, meski
memutuskan keluar dari UNESCO, namun mereka ingin tetap terlibat sebagai negara
pengamat non-anggota. Dengan posisi tersebut, AS masih dapat terlibat dalam
debat dan berbagai kegiatan, hanya saja kehilangan hak untuk melakukan voting.
Penarikan diri AS itu dikabarkan dipicu sejumlah persoalan
lama dan tidak seharusnya diramalkan sebagai pengurangan lebih lanjut atas
keterlibatan Washington dengan PBB. Meski demikian, Presiden Donald Trump
sempat menyerukan agar dilakukannya reformasi struktural dan keuangan di badan
kerja sama multilateral tersebut.
"Ini bersifat pragmatis, bukan sinyal politik
penting," tandas John McArthur, seorang pengamat yang jugat penasihat bagi
United Nations Foundation seperti dikutip dari The Washington Post.
Dampak paling mendesak adalah bahwa AS akan menghentikan
tunggakan sejak tahun 2011. Tunggakan tersebut merupakan bentuk protes atas
pengakuan UNESCO terhadap keanggotaan penuh Palestina.
Pada akhir tahun ini, tunggakan AS yang belum dibayar
berjumlah US$ 550 juta. Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda bahwa AS akan
melunasi tunggakan tersebut hingga akhirnya Kemlu AS mengumumkan menarik diri
dari keanggotaan UNESCO per 31 Desember 2018 -- saat di mana total tunggakan
mencapai US$ 600 juta.
Pejabat Kementerian Luar Negeri AS mengatakan mereka
berharap penarikan tersebut akan membantu mendorong UNESCO untuk melakukan
perubahan yang dapat memuaskan Washington hingga bersedia kembali pada jalur
keanggotaan penuh.
"Ini mengirimkan sebuah pesan kuat bahwa kita perlu melihat reformasi mendasar dalam organisasi tersebut dan ini meningkatkan kesadaran semua orang tentang sikap anti-Israel yang terus berlanjut," terang salah seorang pejabat Kemlu AS yang tidak bersedia menyebut namanya.(www.liputan6.com/***)