News, Ekonomi, Politik
| Kamis 31 Aug 2017 12:57 WIB | 1571
MATAKEPRI.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengatakan pengusaha dan investor semestinya tidak perlu lagi wait and see atau
bersikap menunggu dalam berekspansi dan berinvestasi, karena momentum
perbaikan pertumbuhan ekonomi dalam negeri terus berjalan.
"Wartawan sering tanya ke saya, Pak Pengusaha masih wait and see. Loh saya jawab apalagi sih yang di-wait (ditunggu) dan di-see (dilihat). Jangan sampai melewatkan momentum," kata Presiden di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis.
Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo, menekankan saat ini momentum
pertumbuhan ekonomi terus menggeliat. Namun, Jokowi mengaku heran,
karena isu yang terangkat di masyarakat justeru cenderung yang negatif.
"Tapi kita ini senengnya yang kaya Saracen. Momentum ini jangan dilupakan seharusnya," ujarnya.
Jokowi menuturkan indikator momentum terus bertumbuhnya ekonomi
terlihat dari meningkatnya kepercayaan lembaga-lembaga ekonomi
internasional dan juga negara lain.
"Jangan sampai lupa, kita sudah mendapat peringkat layak investasi
(investment grade) dari tiga lembaga," katanya, merujuk pada peringkat
utang yang diberikan Fitch Ratings, Moodys Services, dan Standard and
Poors.
Kemudian, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah Indonesia juga
meningkat, terlihat dari survei "OECD-Government at Glance". Indikator
kemudahan investasi dari "Ease of Doing Business" juga membaik, dan
ditargetkan bisa terus membaik ke peringkat 40.
"Ini ada momentum, kok masih ada yang pesimis. Apalagi yang dicari," ujar dia.
Seperti yang dilansir oleh antaranews, Fundamental ekonomi domestik, kata Jokowi juga membaik, terlihat dari
laju inflasi yang pada tahun ini diperkirakan berada bawah 4 persen atau
lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
"Karena inflasi rendah ini pada pekan kemarin BI juga sudah sampaikan
bahwa bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate itu sudah turun ke 4,5
persen," ujarnya.
Presiden dalam kesempatan tersebut memimpin peresemian pencatatan
investasi sekuritisasi aset KIK EBA Mandiri JSMR01 milik PT Jasa Marga
(Persero) Tbk (JSMR). Surat berharga tersebut berbasis pendapatan Tol
Jakarta Bogor-Ciawi (Jagorawi).***